Salam Hangat dari saya,di pagi yang cerah ini 29 -10-2012 tepat pada Bulan Purnama kelima tahun saka 1934. Ini sudah ke dua kalinya saya melukat ke Sebatu, daerah yang teletak di kecamatan Tegalalang kabupaten Gianyar.sekitar 40 km dari pusat kota Denpasar atau 20 km dari kota Gianyar.Pura Sebatu dapat melalui desa Tampaksiring ataupun Ubud,kita akan di suguhkan pemandangan alam yang sangat asri dan sawah-sawah yang hijau,dan jika melalui Desa Tampaksiring kita juga akan melewati Pura Tirta Empul.
Pura Sebatu sangat kental akan unsur magis dan spiritualnya, suara kicauan burung,air yang mengalir dan suasananya sangat berbeda ketika sudah masuk ke areal pura.Disambut dengan dua patung sebelum memasuki areal pura, setelah itu sampai pada pelinggih pertama yang juga terdapat pancuran kecil. tidak ada salahnya menghaturkan canang disana sebelum memasuki pura dipersilahkan melakukan pembersihan tangan, kaki dan muka dipancuran tersebut , setelah jalan beberapa turunan lagi, kita akan menemui Pura Sebatu,terdapat beberapa patung pedanda / orang suci dan pelinggih stana beliau.di hadapan pelinggih beliaulah kita akan menghaturkan banten yang telah di bawa, hendaknya membawa daksina pejati jika pertama kali melukat, menandakan bahwa hati dan pikiran sujati / sungguh-sungguh untuk melukat bertujuan untuk kebaikan, baik menghilangkan leteh / kotor baik sekala maupun niskala.
Sarana dan Prasarana Melukat Di Pura Sebatu Adalah :
- Daksina Pejati, bagi yang baru pertama kali melukat.
- Pejati berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas.
- Sarana muspa menggunakan kuangen dengan menggunakan bunga jepun ,sekar tunjung biru & pis bolong (uang bolong ) 11 kepeng.
- Pakaian yg di pakai nangkil yaitu pakaian adat bali, dimana pada saat melukat boleh hanya memakai kain kamen dan disarankan untuk tidak memakai perhiasan dan barang- barang berharga lainnya.disediakan tempat penitipan oleh warga sekitar / krama yang bertugas di sebelah tempat pengelukatan
Suasana Saat Persembahyangan |
Tata cara melukat adalah sebagai berikut :
- Melakukan persembahyangan di pelinggih pura dalem pingit & kusti yang letaknya agak diatas dari tempat pesiraman,dengan menggunakan sarana kewangen. biasanya dipimpin oleh pemangku pada saat hari keagamaan spt purnama, kajeng kliwon, dsb.
- Setelah sembahyang ,kewangen yang ada uang kepengnya dibawa kelokasi melukat. caranya, kewangen di letakan di depan jidat atau ubun ubun seperti saat kita muspa, dengan membasahi kepala dan ubun ubun, setelah kepala basah lepas kewangan agar hanyut bersama air.
- Selesai melukat,pemedek sembahyang sekali lagi di pelingih yang ada di dekat batu, sekalian nunas tirta dan bija.
MELUKAT DI SEBATU |
Menurut penuturan warga sekitar, pertama kali ditemukannya pengeleburan dasa mala di desa sebatu ini adalah pada saat salah seorang tamu asing yang ingin memancing bersama salah satu guide / pemandu wisata lokal, kebetulan ingin mandi di kelebutan / sumber mata air / pancuran ini.akan tetapi warna air yang muncul setelah melewati badannya berubah seakan berisi busa sabun mandi padahal orang asing tersebut tidak menggunakan sabun mandi. keanehan ini dibuktikan oleh warga sekitar dan akhirnya mapinunas ke pranda. sehingga dibuatkanlah pelinggih sebagagai tempat persembahyangan sebelum melakukan pengelukatan yang bermula sekitar 6 tahun yang lalu atau sekitar tahun 2006.
Setelah selesai Melukat disediakan tempat berganti sebelum melakukan persembahyangan terakhir dan nunas bija, menandakan suadah selesai persembahyangan.jika berkenan, dapat memberikan Dana Punia , di tempat yang telah disediakan.Terima Kasih, Dan semoga Tulisan Ini Bermanfaat bagi yang ingin melakukan Persembahyangan / melukat Ke Pura Sebatu.Om Cantih Cantih Cantih Om.